JAKARTA, Aksipembaruan.com – MSG (Monosodium Gultamat) atau dikenal micin sering kali menjadi topik multitafsir dan pemahaman yang belum tentu tepat. Banyak memandang yang berkembang di masyarakat kekhawatiran yang berlebihan hingga keputusan untuk menghindari sepenuhnya.
Padahal, fakta ilmiahnya menunjukkan cerita yang berbeda. Melalui kampanye MSG #YangBenar, PT Sasa Inti mengajak masyarakat untuk melihat MSG dari perspektif yang tepat. Sasa MSG diproduksi melalui proses fermentasi alami tetesan tebu, serupa dengan cara pembuatan tempe, kecap, dan yogurt.
Proses ini menjadikan Sasa MSG aman dikonsumsi, bahkan dapat membantu mengurangi penggunaan garam tanpa mengorbankan cita rasa, membuat masakan habis tanpa sisa.
Sebagai bagian dari kampanye ini, Sasa meluncurkan berbagai inisiatif edukasi publik, mulai dari microsite MSGyangbenar.sasa.co.id, konten informatif di media sosial, kolaborasi bersama ahli gizi, hingga demo masak dengan chef dan sesi interaktif bersama komunitas. Seluruh rangkaian kegiatan ini dirancang untuk meluruskan seputar MSG #YangBenar sekaligus memberikan panduan penggunaannya sesuai rekomendasi para ahli.
“Lezat itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah perasaan tenang saat menyajikan masakan untuk keluarga. Lewat kampanye MSG #YangBenar, kami ingin masyarakat tahu bahwa MSG aman digunakan karena terbuat dari bahan alami, dan justru bisa membantu pola makan yang lebih sehat jika digunakan dengan bijak,” ujar Albert Dinata, Head of Marketing PT Sasa Inti dalam keterangannya diterima Kamis, (25/9/2025).
Sasa MSG (Monosodium Glutamat) dibuat dari tetesan tebu melalui proses fermentasi alami, mirip dengan pembuatan tempe, kecap, atau yogurt. Dari proses ini dihasilkan kristal murni 99 persen yang aman dan higienis.
Fermentasi menghasilkan glutamat, yaitu unsur alami dalam makanan yang memiliki banyak fungsi penting: membantu pembentukan sel imun, mendukung fungsi otak, merangsang produksi air liur, serta mengatur nafsu makan dan rasa kenyang.
Dengan kata lain, MSG (Monosodium Glutamat) tidak hanya menghadirkan rasa gurih, tetapi juga berperan lebih luas bagi tubuh. Glutamat dalam MSG sama persis dengan glutamat alami yang terkandung dalam tomat, jamur, keju, bahkan ASI, zat yang sudah dikenali tubuh manusia sejak lahir.
Karena itu, MSG (Monosodium Glutamat) aman digunakan selama sesuai takaran. Selain bersifat alami, MSG (Monosodium Glutamat) juga unggul dibanding garam dapur. Kandungan natriumnya hanya sepertiga dari garam, sehingga menjadi solusi cerdas untuk mengurangi asupan garam tanpa mengorbankan kelezatan masakan. Penelitian menunjukkan, mengganti sebagian garam dengan MSG dapat menurunkan konsumsi garam hingga 30–40 persen.
Langkah sederhana ini berpotensi membantu menjaga kesehatan jantung, ginjal, dan tekanan darah sejak dini.11 Kumar, A., & Bhatia, S. (2022). Efficacy of Monosodium Glutamate in Sodium Reduction and Impact on Sensory Profile of Traditional Indian Dishes. Journal of Nutritional Science and Food Technology, 5(2), 18–25.
“Faktanya, glutamat dalam MSG sama dengan yang ada di sayuran, buah, dan daging. Jadi tidak ada alasan khawatir, asalkan secukupnya. Bagi yang ingin lebih sehat lagi, penggunaan MSG juga bisa mengurangi porsi garam untuk memberikan rasa lezat pada makanan kita,” jelas Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, Nutrisionis.
Di Indonesia, BPOM RI telah menetapkan MSG sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan, sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM No. 11 Tahun 2019, selama digunakan dalam batas yang dianjurkan.
Lebih jauh lagi, keamanan MSG juga didukung dengan SK Menteri Kesehatan RI No: 235/Menkes/PER/DL/79, SK Menteri Agama RI No: B VI/02/2444/1976, serta Sertifikat Halal MUI No: 07870398 Tahun 2010.
Sementara itu, secara internasional, MSG juga telah diakui keamanannya oleh badan PBB, yaitu melalui WHO/FAO Expert Committee on Food Additives (JECFA), serta pemberian status GRAS (Generally Recognized As Safe) pada tahun 1958 oleh US FDA (Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika Serikat).
Pada kampanye #YangBenar, Sasa turut menghadirkan narasumber kredibel seperti Dr. Sonia Wibisono, Chef Martin Praja, Mom-fluencer Caca Tengker, nutrisionis Dr. Rita Ramayulis DCN, M.Kes, dan Food Technologist Harry Nazaruddin. Mereka berbagi pandangan objektif sekaligus pengalaman nyata bahwa MSG bukan hanya aman, tetapi juga layak menjadi bagian dari pola makan sehari-hari keluarga Indonesia.
Takaran MSG #YangBenar MSG pada takaran tepat dapat menjadi kunci kelezatan sekaligus mendukung pola makan sehat. Takaran idealnya adalah satu sendok atau tiga sampai empat gram untuk empat porsi masakan keluarga.
Anak di atas usia dua tahun pun dapat mengkonsumsinya, selama tetap seimbang dengan gizi lainnya. Melalui edukasi MSG #YangBenar, Sasa mengajak masyarakat melihat MSG (Monosodium Glutamat) secara lebih netral berdasarkan fakta ilmiah: hasil fermentasi alami tebu yang aman dan bermanfaat bila digunakan dengan benar.
Inisiatif ini menjadi wujud komitmen Sasa dalam mendampingi dapur keluarga Indonesia, karena masakan bukan hanya soal rasa gurih, tetapi juga keyakinan bahwa yang tersaji aman, sehat, dan membawa kebahagiaan.
Seperti diketahui PT Sasa Inti (SASA) adalah perusahaan makanan dan bumbu masak yang didirikan sejak tahun 1968. SASA dikenal sebagai pionir penyedap rasa umami MSG (Monosodium Glutamat) dan memproduksi beragam produk berkualitas mulai dari MSG, tepung bumbu, bumbu instan, santan, hingga saus dengan distribusi yang luas secara nasional maupun internasional. (AW)