Home / NASIONAL / KEADILAN / Kisah Anak Petani Jadi Jaksa, Sampai Diangkat Jabatan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Kisah Anak Petani Jadi Jaksa, Sampai Diangkat Jabatan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Teks foto: Jaksa Dr. Eko Budisusanto, SH, MH, diangkat sebagai Wedana Reh Keprajan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. (Dok. Pribadi)

Teks foto: Jaksa Dr. Eko Budisusanto, SH, MH, diangkat sebagai Wedana Reh Keprajan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. (Dok. Pribadi)

JAKARTA, Aksipembaruan.comJaksa ini diangkat sebagai Wedana Reh Keprajan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Dr. Eko Budisusanto, SH, MH, suatu posisi kehoramatan di lingkungan kraton diberikan kepada mereka yang dinilai layak oleh Parentah Hageng.

Parentah Hageng merupakan otoritas tinggi dalam struktur Kraton. Eko Budisusanto yang menjabat sebagai Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasipidum) Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, kini menyandang nama kebesaran sebagai Mas Wedana Nitisandiraharjo. Pengangkatan ini menandai pengakuan bukan hanya atas kiprah beliau dalam dunia hukum, tapi juga atas komitmennya menjaga nilai-nilai budaya dan integritas pribadi.

Pengangkatan Mantan Kepala Seksi Intelijen (Kasi Intel) di Kejaksaan Negeri Kota Malang sebagai Wedana Reh Keprajan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat bukan hanya simbol adat. Ini adalah pengakuan atas keberhasilan menjaga jati diri dalam dunia yang semakin modern dan cenderung meninggalkan nilai-nilai tradisi.

Dalam jabatan barunya di Kraton, ia berkomitmen untuk menjembatani dunia hukum dengan nilai-nilai budaya, agar hukum tak hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, tapi juga punya rasa dan nilai.

Dikenal sebagai anak dari seorang petani di Yogyakarta, Eko Budisusanto tidak menyangka bisa menjadi aparat penegak hukum di korps Adhyaksa hingga meraih gelar doktor.

“Bapak saya mengajari bahwa tangan yang kotor karena lumpur adalah lambang kehormatan, selama itu hasil kerja keras dan kejujuran,” kata Eko Kamis (24/4/2025) kemarin.

Eko Budisusanto menyiratkan banyak nilai sosial yang penting bagi masyarakat Indonesia saat ini. Nilai ketekunan dan pendidikan, di mana latar belakang bukan menjadi halangan untuk meraih prestasi asalkan dibarengi dengan kerja keras dan integritas.

Kemudian nilai pelestarian budaya, karena di tengah globalisasi, sosok seperti Eko Budisusanto menjadi pengingat bahwa modernitas tidak harus meninggalkan akar tradisi. Justru perpaduan keduanya bisa menjadi kekuatan bangsa. Dan yang paling menyentuh, adalah nilai pengabdian, di mana jabatan bukan sekadar pencapaian pribadi, tapi sarana untuk membawa manfaat bagi masyarakat luas, baik sebagai penegak hukum maupun sebagai abdi budaya.

“Saya hanya ingin menunjukkan bahwa orang desa pun bisa dipercaya menjalankan amanah besar, asal kita tidak lupa dari mana kita berasal,” ucap mantan Kasi Pidum di Kejaksaan Negeri Tanjung Perak, Surabaya. (AW)

Tag:
Exit mobile version